Selasa, 07 Agustus 2007

Menyoal Kejujuran

Salam,

Proyek Puisi

Sore itu MAT mengenalkan saya pada Saudara AI Tak berapa lama, saya pun terlibat dalam pembicaraan tentang proyek puisi yang mengambil tema-tema cerita rakyat. Bagi saya proyek itu cukup menantang. Mengubah teks prosa menjadi teks puisi.Sesuatu yang pernah saya lakukan untuk sebuah proyek yang lain. Pendek kata, saya menyetujui apa yang dipaparkan oleh Saudara AI. Dan akhirnya tergabunglah saya dalam sebuah tim, bersama rekan-rekan penyair yang lain. Saya hanya mengetahui beberapa orang yang tergabung dalam proyek ini, karena Saudara AI tidak menjelaskan dengan detail siapa yang ada di balik siapa.

Malam harinya, saya dikumpulkan bersama beberapa rekan yang lain, yang berasal dari 4 kota (waktu itu sedang berlangsung Temu Penyair), dan pembicaraan masih sama, yaitu: tentang penggarapan puisi. Bagaimana langkah kerja, cara dan waktu penulisan, segala hal yang berhubungan dengan proyek puisi.

Esok harinya. Seharusnya naskah diantarkan pada saya dan J. Ya, seharusnya karena Saudara AI telah menyatakan kesediaan untuk mengantarkan naskah itu pada kami. Mungkin, karena kesibukan-kesibukan yang lain naskah itu tak jadi diantar. Saya pun berinisiatif untuk mengambil naskah itu, sebelum pulang ke Bandung. Akhirnya J yang mengambil naskah dan juga mewakili saya yang sedang sibuk menyiapakan kepulangan.

Akhirnya naskah ada di tangan saya dan J, beserta uang dalam amplop putih sebesar Rp. 300.000,- Saya dan J tak pernah menyangka akan mendapatkan profit, karena Saudara AI tidak pernah membicarakan persoalan uang dalam proyek ini.

Yang ada dalam benak saya ketika mendapatkan penawaran penulisan puisi, adalah tantangan. Sebuah tantangan yang akan melengkapi proses pembelajaran saya dalam dunia tulis-menulis.

Kaget tentu saja. Saya berpikir, saya belum menulis, saya belum menyelesaikan sebuah pekerjaan yang kini menjadi tanggung jawab saya, tetapi saya sudah diserahi amplop yang bertulisakan nama saya. Rasa-rasanya saya mengenal tulisan tangan yang ada di atas amplop tersebut. Tak ada perjanjian tertulis dalam proyek ini. Selain itu, saya pun membawa amanat untuk menyerahkan amplop putih lainnya untuk FS. Dan sesampainya di Bandung saya menyerahkan amanat itu, menjelaskan bagaimana sistematika proyek itu.

Menyoal Kejujuran

Sampai hari ini saya belum mengerjakan tanggung jawab saya terhadap naskah itu. Lukisan pun baru diterima dua minggu yang lalu. Dan yang pasti saya masih berkonsentrasi pada penelitian skripsi yang sedang saya garap dan persiapan sidang di pertengahan maret nanti.

Beberapa hari lalu saya mendapat kabar tak sedap tentang proyek ini. Itu mengapa saya meluangkan waktu, untuk menulis surat dan dikirimkan via mail.

Proyek ini adalah sebuah tugas, tanggung jawab yang harus diselesaikan oleh Saya, J, dan FS Dan itu akan terselenggara dengan baik, jika komunikasi terjalin dalam tataran saling percaya. Mengapa tiba-tiba saja, saya meragukan sebuah kejujuran. Saya percaya pada individu-individu yang tergabung dalam proyek ini. Bagi penyair, kejujuran adalah hal utama dalam menuliskan karya. Sama halnya dengan ketika saya berinteraksi dengan sesama. Kejujuran adalah barang mahal yang tak dapat ditukar dengan uang atau dengan apapun.

Dan kabar yang saya dengar itu adalah tentang pemberian profit yang diselewengkan. Mungkin saya terlambat mengetahui kabar ini, mungkin saya tak akan tahu jika FS (Rekan dalam proyek ini) tidak memberikan informasi yang sebenar-benarnya. Setelah komunikasi antara FS dan Saudara MMD via sms, barulah saya mengetahui bahwa sebenarnya profit yang diberikan kepada penulis bukan Rp. 300.000,- tetapi lebih. Saya tidak mengetahui berapa seharusnya profit diberikan dan saya pun tidak akan menggugat perihal ke mana larinya sebagian profit yang hilang itu.

Harus diingat, kepulangan saya dari kota budaya, Yogyakarta membawa sebuah amanat, sesuatu yang harus disampaikan dengan sebaik-baiknya. Saya pun menyampaikan pesan kepada yang bersangkutan tentang apa-apa yang saya dengar.

Beberapa hari yang lalu saya baru tahu ternyata dalam proyek ini terdapat tindak korupsi.

Semoga saya tak salah ketika menggunakan diksi korupsi. Tidak salah bukan?

Yang akan saya soroti adalah perihal kejujuran yang tergadaikan. Saya kira, tindak korupsi hanya ada di kalangan para pejabat, dan nyatanya budaya korupsi memang telah membudaya. Untuk lingkaran kecil seperti tim dalam proyek ini budaya itu ternyata telah mengakar.

Bagi saya kejujuran adalah utama. Kejujuran adalah sebuah prinsip yang harus dipegang oleh setiap individu agar tak salah langkah. Saya tak akan berpanjang-panjang memaparkan tentang kejujuran. Setiap orang dapat mendefinisikan sendiri, saya yakin setiap orang memiliki hati nurani. Semoga saja, nurani itu belum terbelenggu ion negatif.

Saya tegaskan kembali, saya hanya mempermasalahkan soal kejujuran yang tergadaikan! dan bukan hal yang lainnya. Semoga dapat dijadikan pembelajaran bagi diri saya dan yang lainnya. Karena jika kejujuran telah rusak, maka hanya hati yang dapat merasakan kekecewaan. Dan yang pasti kepercayaan itu tak kembali utuh seperti dulu.

Selanjutnya tunggu saja kiriman puisi saya, tanggung jawab itu akan saya selesaikan dengan baik. Maaf, jika ada kata-kata saya yang mungkin menyindir beberapa pihak. Maaf, jika ada kata-kata yang salah. Ini adalah isi hati saya, karena kebenaran harus ditegakkan!

Salam,

DeHa

Tidak ada komentar: