Selasa, 07 Agustus 2007

Perempuan dari Mayapada

SudutBumi, dalam tahun Masehi.

Kepada seseorang yang belum kutemui.

Sebuah perkenalan…

Takdir pun mengantarkan kita pada sebuah perkenalan. Saat kuasa Tuhan menjadikan aku, kamu, berpandangan dalam fatamorgana. Begitu maya dalam siang yang memurba. Lalu mencoba menyiasati kisah melalui telepon dan pesan-pesan singkat di larut malam.

Pertama adalah sebuah perkenalan

Pertama adalah sebuah keisengan

Pertama adalah sebuah kerinduan

Mungkin itu yang aku rasa, ketika kerap kali telepon yang datang di pagi hari, siang hari, atau sore hari membiasakan aku menanti datangnya dering nada-nada monophonik ponselku. Lalu aku pun menjadi terbiasa mendengar suaramu.

Masih aku ingat, apa yang kita bicarakan adalah hal-hal sepele. Entah karena kita tak pernah memikirkan berapa pulsa yang dikeluarkan, atau hanya sekadar main-main mengisi waktu luang yang kiranya kita punya.

Terus terang, setelah teleponmu yang pertama, kedua, dan ketiga ada harap dalam hatiku, entah apa….

Ada semangat yang tiba-tiba berkobar setelah ponsel terlepas dari genggaman. Dan emosi yang aku miliki memuncak ketika suatu hari kamu tak menghubungiku, entah… aku tak tahu, mengapa akhirnya begini.

Percaya kata hati? Mungkin aku adalah salah satu orang yang percaya kata hati atau firasat. Logika pun sering kali kalah, karena aku berpegangan pada kata hati. Selama ini aku berjalan menuruti kata hati, bertahan dalam hidup, lingkungan, yang memaksa aku timbul tenggelam di dalamnya.

Dengan kekuatan hati ini akhirnya aku mampu bertahan, lalu kamu menjadi candu dalam keseharianku. Candu yang akan selalu membuat aku sakau jika dirimu tak hadir menyapa.

Banyak tanya yang menggunung di hatiku mengenai dirimu.

Aku tak pernah tahu siapa kamu, dirimu, hidupmu, keluargamu, lingkunganmu, aku tak menahu. Sama sekali aku tak tahu.

Dan maaf jika kehadiranku menggangu hari-hari yang kamu jalani.

Betapa aku menikmati suaramu, logat daerah yang mengental dalam dirimu, juga kalimat pendek­­__tetap dengan kedaerahan__yang kau bangun dalam pesan-pesan singkat.

Inilah aku…

Mengapa kamu tak percaya bahwa aku seorang tomboy?

Perempuan yang harus bergelut dengan waktu hanya untuk bertahan dalam hidup yang semakin durjana. Perempuan yang harus menyiasati setiap gerak langkah dalam kesendirian. Perempuan yang mau tidak mau harus menjadi tegar, karena hidup yang aku alami terlampau sulit. Perempuan yang tidak mengenal air mata, tidak mengenal kasih sayang, tidak mengenal kebahagiaan.

Terimakasih Tuhan…

Tuhan mengirimkan kamu dalam ketakpercayaan. Karena setelah hadirmu, aku dapat merasakan bahagia. Bahagia yang semu, maya, fatamorgana, oase, tak nyata, semua samar karena aku tidak tahu siapa kamu sebenarnya. Tiba-tiba saja hadirmu memberi sedikit rasa dalam sunyiku.

Kamu tahu mengapa aku menyukai sunyi?

Kesunyian adalah abadi. Dalam sunyi aku ingin membangun sebuah keriuhan. Dalam sunyi aku dapat merasakan hidup, dan kini aku telah menyetubuhi sunyi. Melahirkan gejolak rasa melalui rahim suciku.

Aku kaget membaca sms darimu

21.03.2005 21.30

Bandung kota kembang yg tlh menjadi kota kambing dimana gadis2nya sdh tdk perawan lg! (aku tikus, kucing penggalan lagu doel sumbang yg saban hr kudengarkan

Betapa tidak, kota yang aku cintai ternyata di luaran sana telah dikenal sebagai kota yang tak lagi suci.

Kamu tahu betapa aku mencintai Bandung.

Kota yang telah menjelmakan seluruh kenangan hidupku sampai saat ini. Ketika dulu, aku terjerembab, jatuh dalam sawah yang sedang dibajak. Tubuh kecilku dibungkus lumpur pekat, yang aku ingat tak ada air mata saat itu. Lalu jalanan kota Bandung yang membuat aku betah. Bagaimana nikmatnya berjalan kaki di Braga, bangunan Belanda, gedung-gedung tua, tiang-tiang penyangga Landmark.

Dan kini aku tetap mencintai Bandung yang tak lagi perawan. Ketika caci maki menghujat tubuhku. Seorang nenek memaki aku pagi-pagi sekali. Seorang lelaki tua menuduh aku pencuri, bahkan mungkin pohon-pohon yang kini tak ada lagi __karena pembangunan jembatan layang Pasupati__menertawakan aku. Tertawa yang begitu jemawa, melihat aku berjalan sendiri menghadiri acara Dago Festival. Acara tahunan yang di sponsori sebuah merk rokok.

Bandung, mungkin suatu saat harus aku tinggalkan, karena takdir Tuhan. Karena hidup adalah sebuah pilihan, dan aku tahu Tuhan baik padaku dan akan memberikan yang terbaik pada hidupku. Jalan hidup yang telah dituliskanNya pada sebuah masa.

Kalau boleh tahu, kamu merokok? Semoga saja tidak. Setahuku rokok dapat mempercepat kematian seseorang. Kamu tidak ingin mati muda seperti Chairil Anwar.

Kalau kamu merokok, aku maklum. Seperti sudah menjadi icon bahwa lelaki adalah perokok, dan itu terserah kamu.

Kota Pahlawan…

Akankah kamu menjelma menjadi pahlawan, setidaknya bagi dirimu sendiri. Lalu menjadi kebanggaan keluargamu dan lingkunganmu. Ataukah kamu akan menjadi buaya sebagaimana perlambang kota ini. Aku ingatkan kamu agar tak salah memilih dan menapaki jalan hidup.

Dunia maya, akh aku ingat sms darimu

23.03.2005 23:32

Horizon adl garis maya pd suatu saat kt harus berhenti pd sebuah titik.bljarlah u mencari titik dimana nantinya kt akan berhenti.aku akan berdoa u bs bertemu

Dan pertanyaan yang tak salah jika aku tanyakan kembali padamu saat ini, akankah pertemuan itu terjadi? Aku hanya dapat menantikan arah datangnya pertemuan itu. Ataukah kita akan tetap menjadi semu, seumpama bulir-bulir embun pagi yang menguap tiba-tiba, ketika matahari dengan angkuhnya menyirnakan semua harapan.

Meditasi…

Adalah sebuah perenungan jiwa ketika kontemplasi yang kujalani tak menghasilkan apapun, dan jiwa tetap kosong. Rasa terkejut yang tiba-tiba datang, lamunan-lamunan yang tak dapat aku hindari. Beban berat yang sebenarnya tidak pernah aku tanggung menjadi ketakutan bagi diri. Ada apa denganku? Itu yang aku rasakan akhir-akhir ini, hingga aku meminta bantuanmu mencari solusi untukku.

Lagi-lagi terima kasih, karena hadirmu telah memberi sedikit kelegaan dalam hatiku yang kosong. Beban berat yang aku sendiri tidak tahu apa itu, atau apapun itu, dan aku tak ingin memikirkannya. Beri tahu aku cara menjalani meditasi yang kau ceritakan, jelaskan secara singkat namun aku dapat mengerti. Aku tertarik dan ingin mencobanya.

Sedap Malam…

Ada rindu yang selalu dihantarkan sedap malam melalui penciumanku. Rindu pada kesucian tubuh. Ketika ritual Ramadhan aku lalui, gema-gema takbir berkumandang, ketupat dan opor ayam tersaji di meja makan. Begitulah, kerinduanku terhadap Idul Fitri, sebuah kesucian abadi ketika upaya pendekatan jiwa raga kita pada Tuhan sang pemilik Semesta.

Rindu yang hanya terlampiaskan satu tahun sekali, rindu yang begitu suci bukan?

Parangtritis, Jogja, Bromo, Jayagiri, Tangkuban Perahu, Indonesia…

Kau tanyakan padaku sebuah identitas kenegaraan. Dan ternyata aku bukanlah seorang Indonesia sejati. Ketika kota-kota yang aku datangi, hutan-hutan yang aku jelajahi, semua hanya mengarah pada keagungan Tuhan, bukan wujud kenegaraan.

Di hamparan semesta, hanya ada diriku yang begitu kecil. Saat kabut-kabut Tangkuban Perahu mengepungku dan memenjarakan aku dalam dzikir khusuk. Lalu doa-doa terucap, harapan yang ditumbuhkembangkan.

Semoga suatu saat kamu mau mengajak aku ke tempat yang telah kamu datangi. Kembali mengunjungi Parangtritis, Bromo, dan berbagai tempat yang belum pernah aku datangi. Semoga saja datang kesempatan padaku mengunjungi tempat-tempat itu bersama atau tanpa kamu. Agar aku dapat diakui sebagai Indonesia sejati (itu katamu).

Janganlah berpaling…

30.03.2005 23:12

Sory, br tak buka smsm. Thank diingatin,ya. Lg ngapain uda mimpi ya, ato msh ngerjain tgs dosen yg menyebalkan,jgn lp klo mo bobo cuci kaki, dan bayangin wajahku, ya!

Membayangkan wajahmu??? Bagaimana bisa… dari suara yang aku dengar, aku tidak dapat membayangkan raut wajahmu. Sosokmu, tubuhmu, dan semua hal tentang dirimu. Semua begitu samar bagiku. Maafkan aku tidak dapat membayangkan dirimu.

Seperti yang telah kita sepakati, saling tukar foto. Aku harap setelah tahu gambaran diriku, melihat dengan nyata bagaimana wajahku, kamu tidak berpaling. Tetaplah menjadi seseorang yang dapat membangun kebahagiaan, setidaknya di hatiku.

Yang harus kamu ingat, foto adalah lukisan cahaya. Di mana warna yang tergambarkan adalah bagian maya dari diriku. Dan sesuatu yang maya itu harus kau cari hingga jadi nyata. Tetaplah bersetia pada waktu, walaupun aku tahu waktu tak pernah setia karena waktu akan selalu berubah. Dan perubahan adalah abadi.

Kini…

Aku menunggu balasan darimu, jawaban-jawaban yang tertulis melalui korespondensi juga fotomu, agar aku dapat membayangkan wajahmu (sesuai keinginanmu). Ceritakan apa pun yang ingin kamu ceritakan, siapa dirimu, keluargamu, lingkunganmu, dan hal apapun yang tidak aku ketahui.

Terima kasih…

Telah hadir dalam hari yang aku jalani, walaupun berawal dari iseng yang kamu bangun. Tetaplah memberi semangat padaku, semangat untuk tetap dapat merasakan damai di hati saat aku angkat ponsel dan siap mendengar suaramu.

Salam kelengangan,

perEMPUan dari Mayapada

Tidak ada komentar: