Sabtu, 01 September 2007

Sayembara Cinta yang Mendebarkan

SudutBumi, 27 Januari 2006 ~ 23:07

Cinta…

Sedari pagi langit menumpahkan tangisnya ke pangkuan bumi. Entahlah saya tak mengerti dengan cuaca saat ini, padahal matahari begitu teriknya mengeringkan jemuran yang tak akan pernah kering. Mungkin saja kering, tapi setelah hari beranjak siang, semua tetap sama. Langit yang makin mendung menjadi biasa di setiap hari jumat. Ya, setelah Jumatjumat yang lalu, saya rasa langit selalu dihiasi mendung. Mungkin menguji para lelaki yang akan pergi ke masjid.

Siang tadi, saat khutbah Jumat, saya asyik membaca naskah novel seorang teman penyair dari Solo. AB namanya, saya mendapatkan file novel tersebut dari Nadir Attar, setelah sebelumnya mendapat izin dari penulisnya. Naskah novel yang berjudul Perempuan Kamar ini dipenuhi adeganadegan persetubuhan, dan saya suka. Entah mengapa, saya begitu menikmati bacaan ini. Mungkin karena lama saya tidak membaca novel dan selalu bergelut dengan puisi berhubungan dengan penelitian saya__bahan skripsi.

Mungkin inilah jangka waktu tercepat saya membaca novel (naskahnya), sekira lima jam dipotong mandi dan istirahat siang. Melulu dihadapan komputer tua yang sangat saya sayangi. Bagaimana tidak, di antara komputer kawankawan, komputer milik sayalah yang paling tua: dengan keterlambatan proses, program yang tidak memadai, CD Room yang tak berfungsi, anti virus model kuno, mouse yang sering ngadat dan lain sebagainya. Tapi saya sangat menyayangi komputer usang ini, walaupun bagaimana dia menemani saya dari awal menulis sampai saat ini. Untungnya komputer ini tidak pernah ngadat dengan berlebih, pernah sih masuk keluar rental karena beberapa hal, tapi untungnya tidak menguras terlalu banyak biaya dan tenaga, dan saya bersyukur dengan hal ini. Beberapa waktu lalu printer saya yang bermasalah, masuk tempat reparasi dan tidak saya ambilambil karena tidak ada biaya untuk membayarnya. Sampai kepulangan Bapak dari Jakarta (bekerja di kota ini) yang akhirnya mengambil.

Sebenarnya Mamah ada uang, tapi saya harus memilih: ambil printer atau untuk ongkos ke Jakarta. Akhirnya saya memilih uang yang ada untuk ongkos ke Jakarta (26 Des 05). Mungkin suatu kebetulan atau tidak (entahlah, karena saya mengira ini suatu keberuntungan, anugerah dari Allah) cerpen saya yang berjudul "Tubuh" masuk nominasi lomba cerpen tingkat nasional. Yah, walaupun nominasi ke-12 saya cukup berbangga hati. Saya diundang ke Jakarta untuk mengikuti workshop penulisan cerpen atas kerjasama Menpora dan CWI yang digawangi Hudan Hidayat (27-28 Des 05). Saya tak pernah menyangka bertemu dengan orangorang hebat, temanteman dari penjuru Indonesia (kecuali Indonesia Timur, tidak ada pemenang dari wilayah ini), harihari di Jakarta yang serba mengenakkan. Ya, semua ditanggung pemerintah: biaya pulangpergi Bandung-Jakarta, makan, hotel, dan segala hal. Yang utama sih pengalaman. Wuah… saya tak pernah menyangka.

Malam hari__setelah satu hari berkutat dengan novel AB__saya beserta dua adik saya dan Mamah nonton film remaja yang diputar Indosiar. Kata adik perempuan saya, film itu berawal dari sebuah novel dan dia sudah membacanya. Judulnya I'am vs High… duh lupa… pokoknya kalau dibahasa Indonesiakan saya versus sepatu berhak tinggi. Film itu tibatiba saja membawa ingatan saya pada seseorang. Tibatiba saja saya merasakan rindu yang berlebih, tidak seperti harihari biasanya. Rindu pada seorang lakilaki yang selama… kurang lebih enam bulan, saya keceng. Duh….

IRM, namanya. Hari ini, pagipagi sekali dia kirim sms pada saya dan bertanya: …. Sejauh apakah kau mampu mengoyak poripori hatiku? Tentu saja saya kaget ketika menyalakan ponsel dan beberapa saat kemudian sms itu saya baca. Entah, ada apa dengan IRM. Tidak seperti biasanya dia kirim sms duluan, pastilah selalu saya yang selalu rajin mengirimi dia sms. Mungkin saya terlalu agresif (kata temanteman begitu) tapi ini salah satu upaya saya pdkt dengan IRM. Saya balas sekenanya pagi itu, tapi seharian ini saya memikirkan pertanyaan IRM yang tidak biasa. Mungkin saya terlalu banyak berharap pada dia, tapi menurut saya ini tidak salah, tapi entahlah….

Sebelumnya saya tidak pernah mengenalnya dan tidak pernah melihatnya di kampus. Saya menemukannya ketika berada di depan gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) bersama temanteman dari jurusan Bahasa Sunda. Pertama kali melihat saya langsung jatuh hati pada rambut panjangnya yang ikal, rapih, dan teratur. Sejak itu saya selalu mencari sosok berambut panjang itu, dua sampai tiga hari saya melihatnya, duduk sambil membaca di Selasar masjid. Dingin. Terlampau dingin. Setelah itu saya tak pernah melihatnya lagi, sampai pada minggu berikutnya, saya melihat wajah yang tak asing lagi bagi saya, namun berpotongan rambut pendek. Akhirnya saya tahu, IRM memotong rambutnya. Seketika saya ilfeel, saya menyukainya karena rambut panjangnya, setelah rambutnya dipotong, apa yang harus saya sukai dari dia?

Akh… ternyata saya tak dapat melupakan wajah itu.

Bulan Agustus 2005 saya KKN di Cianjur, kebetulan sekali teman kelompok saya ada yang berasal dari jurusan Bahasa Sunda, tidak salahkan jika saya mengorekngorek perihal IRM padanya. Akhirnya saya memutuskan untuk tetap ngeceng IRM (hehe…), sampaisampai dengan mudah saya mendapat nomor ponselnya. Pertama kali sms tersambung dengan kakaknya, dengan dalih diskusi akhirnya saya mendapat nomor lain (sayangnya nomor flexi yang diberikan) dan dapat berkomunikasi dengan IRM, dengan konsekuensi: setiap sms dari saya pastilah dibaca seluruh anggota keluarganya, tapi ini tidak menyurutkan langkah saya mendekati IRM. Sampai hari ini saya tetap berdoa pada Tuhan: agar suatu saat, saya dipertemukan dengan IRM di suatu ruang hanya berdua. Di mana dia harus menyapa saya terlebih dahulu, karena sampai sekarang saya tidak pernah mendengar suara lakilaki ini. Yang saya tahu dia terlampau dingin. Beku. Dan ini tantangan buat saya untuk mendapatkannya, terlalu egois? Semoga saja tidak. Karena saya cukup mendapat dukungan dari temanteman saya dan temantemannya. Doakan saja.

Rindu…

Semoga saya tidak hanyut dengan rasa rindu yang berkecamuk dalam diri dan saling bersengkarut. Saya adalah perempuan yang mudah jatuh cinta dan sulit melupakan. Betapa menyiksa bukan? Kepulangan saya dari Jakarta pun membawa benihbenih kecintaan pada seseorang. LG, lakilaki tinggi dan berkacamata ini kuliah di Malang. Samasama semester tujuh, samasama jurusan sastra Indonesia, dan samasama suka menulis. Sepertinya kami bersepakat tidak membuang waktu ketika berada di Jakarta. Di antara semua teman, saya paling akrab dengan Lubis. Yah… malammalam di Jakarta yang penuh kenangan, kami bicara dengan cara yang unik: saling berbisik (padahal kami berada di antara peserta workshop yang lain), duduk berdekatan, saling mengolok, dan bersepakat. Kami akan menulis bersama (semacam kolaborasi) dan jika ada penerbit yang tertarik mungkin diterbitkan. Rencana awal penggabungan dua gagasan baru dimulai beberapa hari lalu, dan semoga ini berjalan lancar dan sempurna.

Di lain pihak, saat ini saya sedang digombali seseorang. Dia merayu melalui sms dan e-mail, duh…! AK namanya seorang cerpenis dan pengamat sastra (begitu saya membaca biografinya di Republika minggu ini, 22 Jan 06). Untuk lakilaki yang satu ini saya membentengi diri saya dengan tembok yang tinggi, selalu mengingatkan hati saya: AK sudah beristri!!! Yah, seseorang memberitahu saya bahwa AK sudah beristri. Saya dan AK samasama peserta workshop, AK lebih senior dari saya, karena tahun sebelumnya dia pernah juga diundang ke Jakarta. Saat ini (kata orangorang) dia bekerja di DKT. Kami bersepakat bertemu lagi di acara yang akan diselenggarakan oleh Rumah Dunia: Ode Kampung, Temu Penyair Sekampung Nusantara. Acara yang akan dilaksanakan 3, 4, 5, Februari 2006. Mungkin nanti saya akan melabraknya, menghakiminya atas kiriman sms dan e-mail. Tapi, saya tidak tahu, yang pasti di Banten nanti saya akan bertemu kembali dengan beberapa kawan CWI. Yang patut diketahui gayagaya rayuan gombal antara penyair dan penulis sangat berbeda (maklum punya pengalaman), bagi saya rayuan penyair itu lebih gombal dan terlampau membumbung dibandingkan dengan rayuan seorang penulis, yang blakblakkan. Tapi kehadiran lakilaki dalam harihari saya selalu dinikmati dengan kehatihatian, saya takut hanyut terbawa arus. Begitulah, banyak lakilaki yang berkelindan dalam ingatan namun tak satupun dipegang kukuh. Sampaisamapi WAG berseloroh: saya adalah perempuan pemangsa lakilaki. Ya Tuhan, ini tidak benar! Saya menginginkan seseorang yang dapat menerima saya apa adanya. Amin.

Perselingkuhan…

Setiap kawan yang bertanya siapa pacarmu? Saya selalu menjawab kekasihku adalah puisi, selalu begitu. Hingga akhirnya pada awal Desember 05 saya bersepakat pada diri saya sendiri untuk berselingkuh. Mengapa? Ini soal kehidupan, ketika honor puisi tak mencukupi biaya hidup saya harus beralih menulis yang lain. Ketika menyadari saya tak pandai menulis esai, cerpen merupakan pilihan kedua setelah puisi. Namun sampai sekarang saya belum bisa menghasilkan cerpen yang bagus. Saya masih membaca banyak cerpen karya siapa pun. Saya sungguhsungguh ingin membuat sesuatu yang monumental, agar diingat banyak orang. Sebuah ambisi yang saya yakin dapat merealisasikannya dengan usaha yang keras. Ya! Saat ini saya sedang berselingkuh, walaupun karya yang dihasilkan tetap puisi. Mungkin karena saya tipe perempuan bersetia, sesuatu yang mungkin kan?

Cara Melupa?

Ingatan seseorang kadang tersangkut di jeruji ruang hampa, mengambang. Lapislapis atmosfer sepertinya ingin meluruhkan setiap kenangan. Setiap orang pastilah memiliki kenangan, manis, pahit, atau tak berasa sekalipun. Sulit memang melupakan seseorang, seperti saya. Perlu waktu satu tahun melupakan seseorang bernama LD, dapat dikatakan cinta pertama saya. Seorang penyair dari Tasikmalaya yang kini bekerja di Bogor sebagai… (entah saya tidak tahu). Puisipuisi saya banyak yang lahir karena dirinya, LD mengatakan cinta yang kami jalani merupakan cinta platonik. Yang pasti sampai sekarang saya tak mengerti dengan istilah ini, walaupun LD telah menjelaskan. Saya menikmati percintaan kami yang ganjil, tapi biarlah, karena semua membiaskan kenangan yang tak terhingga. November lalu (2005) saya benarbenar ambil keputusan meninggalkannya, namun ternyata sulit. Sampai kini saya selalu mengenang dan berharap. Tapi, sudahlah! Jika memang berjodoh mungkin nanti bertemu lagi. Melupakannya merupakan proses yang panjang, satu tahun, setelah berbagai lakilaki datang pergi silih berganti, sosoknya yang kelu tetap membekas di hati. Perjumpaan yang direntangkan jarak seolah membekas di setiap ingatan. Jalanjalan kota Bandung (Cipaganti, Jurang, Dipati Ukur, Cicaheum) sepertinya menariknarik setiap ingatan. Tasikmalaya yang penuh kenangan, para seniman yang bergelut di Gedung Kesenian Tasikmalaya (Jln. Dadaha), atraksiatraksi begitu saja melintas. Rencananya tahun ini saya akan mengunjungi Tasik, menuntaskan penelitian untuk skripsi saya tentang: Makna Perjalanan dalam Puisi-puisi Acep Zamzam Noor (mohon didoakan agar semuanya berjalan lancar dan cepat selesai). Semuanya berjalan apa adanya, mungkin ini telah digariskan sang penguasa semesta. Melupakan? Sepertinya diendapkan saja untuk dijadikan bahan tulisan atau kenangan yang membawa kita pada ruangruang tak bernama.

Keluarga…

Saya anak pertama, adik saya dua, lakilaki di SMU dan perempuan di SMP. Saat ini saya sedang kesal dengan orang rumah, mereka selalu mengeluhkan saya yang tidak bekerja. Ya mungkin saya harus mawas diri. Di lingkuangan tempat tinggal saya, perempuan/ lakilaki seumurku (13 Desember 2005, tepat 22 tahun) sudah menghasilkan uang. Tidak dibiayai lagi oleh orang tua, sedangkan saya masih kuliah dan ini mungkin merepotkan mereka. Saya juga tahu diri, pernah melamar pekerjaan sesuai lowongan di koran. Hasilnya, ya begini: tetap menulis (walaupun penghasilannya tidak tetap). Entah mengapa saya tidak pernah tertarik bekerja menjadi pramuniaga, mungkin dikesalkan dengan persyaratan: tinggi harus sekian, berat harus sekian, cantik, dan lain sebagainya.sedangkan saya seseorang yang tahu diri: seorang yang pendek, gemuk, tetapi saya masih berbangga hati memiliki temanteman yang beragam. Masih dapat menunjukkan hasil kerja saya jika dimuat di media. Yah begitulah, semuanya saya nikmati dan saya syukuri.

~CSH, L. As, WAG, dan kawankawan MnemoniC~

Mungkin saya seseorang yang beruntung mendapat kesempatan menimba ilmu pada orangorang penting seperti mereka. Bersama CSH (terdengar asing di telinga, karena saya memanggilnya Pak C.) kami diajarkan bagaimana menarasikan/ mendeskripsikan sesuatu. Bermula dari mendeskripsikan diri sendiri, tempat, waktu, tokoh, dialog, dan mencampurkan semua racikan itu menjadi sebuah cerpen. Tapi sampai sekarang saya belum menghasilkan cerpen yang bagus, entah kapan, saya masih harus berlatih keras. Diajarkan juga bagaimana mengedit naskah (meneliti huruf per huruf) dan diajarkan juga merawikan khayalankhayalan.

Saya tidak terlalu dekat dengan L. As (di Pentagon sering di panggil Aki). Mungkin hanya jadi pemerhati saja karena dia senior saya. Sekarang (kata anakanak Pentagon) L. As ada di Sukabumi, mengajar. Entahlah sudah lama saya tak melihatnya. Sosok yang satu ini sering disebutsebut penyair terkaya di Pentagon (Gedung kuliah yang seharusnya sudah dihancurkan), mungkin disebabkan setiap mengeluarkan uang untuk konsumsi diskusi reboan ASAS selalu yang paling besar.

Tahu mata uang yang besisian?

Mungkin itulah hubungan yang terjadi antara saya dengan WAG. Selalu menempel bersamaan, tetapi tak pernah muncul dalam waktu yang sama. Banyak ilmu puisi yang saya dapat dari WAG (kata WAG, dia dapat dari L. As). Dahulu, dia sering menilai puisipuisi saya. Sekarang tidak lagi, mungkin karena dia telah memberikan kepada saya untuk belajar sendiri. Atau mungkin sekarang kami samasama disibukkan dengan perkuliahan. WAG sekarang kuliah di STSI jurusan teater. Sebenarnya tahun ini saya ingin sekali melihat dia manggung, tapi lagilagi terbentur pada sebuah pilihan (WAG harus memilih latihan teater atau mengikuti diklat Unit Kegiatan Mahasiswa yang berbau pecinta alam), dan WAG memilih pecinta alam. Kata WAG, kalau saya ingin melihat dia berteater harus menunggu tahun depan. Yah… apa boleh buat pilihan sudah ditentukan.

Berawal dari Tobucil, Klab Baca Pram (yang juga ada di Tobucil), benihbenih MnemoniC mencuat. Kemudian diskusidiskusi yang beralih tempat menjadi di taman. Saya dan SD anggota MnemoniC dari awal pembentukkan, sisanya adalah orangorang baru seperti: WAG, FS, PG, MA, MD, US, E. SR, dll. Walaupun orangorang lamanya sudah tidak ada (sibuk dengan pekerjaan), saya bersyukur MnemoniC masih berkiprah. Malahan beberapa acara besar pernah dilaksanakan Mnemonic. Rencana terakhir, MnemoniC akan mengusahakan dibuatnya mading yang berisikan karya temanteman MnemoniC dan disebar di toko buku independen.

Dulu, saya pernah naksir seseorang di MnemoniC, namanya HSI, namun dia hanya muncul beberapa kali setelah itu tak pernah muncul sampai sekarang. Pertemuan dengannya menghasilkan cerpen "Tubuh" yang membingungkan saya sendiri sebagai penulisnya.

Kuliah, Ruang Lingkup Pergaulan, Rencana Masa Depan!

Tidak ada yang istimewa, kuliah saya Alhamdulillah berjalan lancar (walau pun ada satu mata kuliah yang saya kontrak ulang). Sekarang temanteman di kampus sering memanggil saya penyair atau sastrawan, sesuatu yang berlebihan bagi saya yang belum bisa menulis secara baik. Tapi itulah sebuah penghargaan yang harus saya hormati, harus saya terima dan disyukuri. Doakan saja penelitian saya berjalan lancar, jadi Oktober tahun ini saya sudah dapat memangku gelar Sarjana Sastra, dan mudahmudahan segera mendapatkan pekerjaan, mohon doanya.

Saya memiliki penyakit pelupa yang parah. Penyakit ini kambuh jika saya berkenalan dengan seseorang. Seketika itu, saya lupa nama kawan baru saya. Beberapa tips sudah saya lakoni guna mengingat teman baru dan lumayan berhasil. Saya orang yang cuek terhadap apapun dan terhadap siapapun, tetapi saya seseorang yang dapat membaca suasana. Membaca gerakgerik lingkungan di sekitar saya.

Jadi punya keinginan ketika saya diwisuda ada seseorang yang mendampingi saya (selain orang tua), tidak mutlak. Tapi saya akan mengusahankan dengan berbagai cara.

Salam

Mungkin ini catatan singkat dari berbagai peristiwa yang pernah saya lalui. Hanya untuk lahapan Teteh seorang, bukan untuk sesiapa. Terima kasih untuk tidak menceritakan pada orang lain, termasuk orang terdekat Teteh. Akhirnya saya menemukan seseorang yang gemar berkorespondensi seperti T' A. (surat teteh baru sampai kemarin, Kamis 19 Jan 06). Sebenarnya masih banyak yang ingin saya ceritakan, bukan melulu tulisan, tapi juga curahan hati. Semoga memberi kesan baik, bagi siapapun. Maaf jika ada kata yang menyinggung (Maaf, saya tak kuat menulis lebih banyak seperti T' A.). Cerpennya belum saya revisi, banyak pekerjaan lain yang harus saya dahulukan.

Terima kasih.

Salam dari SudutBumi, 28 Januari 2006 ~ 2:24

DeHa

BEWARA

===============================================

Kirimkan minimal enam puisi (tema bebas) dengan tahun pembuatan 2002-2006

ke: Sekretariat MSJ (Masyarakat Sastra Jakarta)

PDS HB Jassin

Jln. Cikini Raya No. 73, TIM, Jakarta

Untuk dibukukan dalam Antologi Puisi Penyair Perempuan Indonesia Mutakhir

Paling lambat 30 Maret 2006, beserta biografi, dan foto.

Tidak ada komentar: